Saturday, June 29, 2013

Saya Ingin Menjadi Sederhana.

If you love a flower, dont pick it up.
Because if you pick it up it dies and ceases to be what you love.
So, if you love a flower, let it be.
Love is not about possession.
Love is about appreciation.


-Osho, Spiritual teacher from India.


Sekarang jam 0:46 memasuki hari minggu, cuaca malam dingin khas Bogor.
Menyadari sesuatu yang bikin hati ngilu, trus keinget sebuah kutipan sederhana tentang bunga.
Sebuah kutipan yang sangat sederhana... Kenapa? karna sangat sulit untuk dilakukan.


Literally, bullshit.


Friday, June 14, 2013

......................................

Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani meninggalkan kehidupan nya demi sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari kehidupan nya itu sendiri..



"Idealism." they said.

The term idealism (according to my self) refers to a ways of living, thinking and doing.          
I believe every people has their own way and its different with each other. Well, you know, the differences were formed by society, culture, religion, govt, and family. In other words, saya mau bilang bahwa pihak pihak yang punya otoritas itulah yang menciptakan idealisme dalam kehidupan kita.
Banyak orang mengikuti arus ideal tersebut.Sedikit orang membuat arus idealnya sendiri.
Saya yang terhitung dalam kategori "banyak" ini menganggap sedikit orang tersebut adalah orang orang yang istimewa.  
..............................

Tunggu dulu, dont get me wrong. Saya tidak ingin membahas tentang sebuah idealisme atau betapa idealisnya seseorang. Terlalu sensitif. Saya adalah makhluk realistis.
Who we are is not static, We are a constant evolution.

Jadi,

Ini hanya sedikit cerita kekaguman dari saya yang tidak pandai bercerita.


Lalu?

Begini. Beberapa kali saya jatuh cinta pada karakter-karakter fiksi dalam sebuah film. Jack Skellington adalah alasan saya untuk berdandan seperti Sally pada Halloween tahun lalu. Ichabod Crane, Flynn Rider, Joel Barish, Lizbeth Salander.I wish they were real...


Kecuali,

Alexander Supertramp. Saya berharap dia hanya sebuah tokoh fiksi dalam film Into the Wild. Saya berharap dia hanya sekedar imajinasi Sean Penn, sang sutradara atau Jon Krakauer, sang penulis. Saya berharap dia tidak nyata. Karena realitas bukanlah tempat untuk seorang Supertramp. Seorang petualang- a super foot traveler dengan segala keanarkian nya, memberikan saya pelajaran tentang sebuah kesederhanaan.


Dan..

Saya harus sadar bahwa dia tidak dilahirkan dari sebuah imajinasi atau diciptakan menjadi tokoh fiksi. Dia nyata. Dia ada. Dia pernah hidup. Orang tua nya memberi nama Christoper Johnson McCandless saat ia lahir. Chris adalah anak yang beruntung , dibesarkan di lingkungan keluarga yang dihormati secara prestasi dan materi. Kedua orang tua nya sukses berkontribusi dalam industri dirgantara Amerika. Kemauan Chris yang keras sudah terlihat sejak kecil. Dia sungguh cemerlang.

Hubungan kedua orang tua nya yang tidak lagi harmonis memaksa Chris dan adiknya melihat hal hal yang begitu menyakitkan. Setiap hari, rasa sakit itu membusuk jadi pahit. Kepahitan sekaligus Kehormatan menjadi bagian keluarganya. Hal-hal itu- matrealism of society, menjadi sangat memuakan bagi Chris. Betapa ingin, ia menertawakan dan menghina karakter karakter kapitalis masyrakat.

Selama 4 tahun, Chris dipenjara oleh hal hal akademik demi menuruti kemauan orang tua nya. Ketika ia lulus menjadi sarjana, Ayah `nya memberikan sebuah Cadilac sebagai ganti mobil tua yang selama ini ia kendarai. Chris tidak membutuhkan hadiah kelulusan dari ayahnya. Chris menolaknya mentah-mentah. Memang, hubungan Chris dan ayahnya tidak pernah matang dan sedap untuk dinikmati.

Hal-hal yang Chris nikmati hanyalah buku-buku yang banyak menginspirasinya. Karya-karya Leo Tolstoy, Jack London, H.D Thoreau dijadikan sebagai parafrase yang membantu nya hidup dan memahami banyak hal. 

Haduh..

Saya bosan sekali menceritakan kehidupan Chris sebelum ia lahir menjadi Alexander Supertramp.Saya juga bosan menyebut nya dengan nama Chris. Saya lebih suka menyebutnya Supertramp. Alexander Supertramp. An Extremist. An Aesthetic Voyager. Begitulah ia menamai alter ego nya.

Tahun 1990, Supertramp memutuskan untuk tidak lagi meracuni dirinya dengan peradaban masyrakat. Terlalu lama dia menjadi Chris, menderita penyakit-penyakit moral dan berobat pada formalitas-formalitas nilai. Dia sungguh ingin melepas ikatan-ikatan apapun yang melabel dirinya. Ia meninggalkan keluarganya, Ayah Ibu yang selalu berpura-pura- seperti bermain peran menjadi orang tua. Ia meninggalkan adiknya, satu satunya teman bicara. Ia menggunting kartu kredit dan tanda pengenalnya. Ia mendonasikan seluruh uang tabungan akademis kepada lembaga amal, meninggalkan mobil tua kesayangan, dan membakar dollar-dollar terakhir yang ia miliki. Money makes people cautious, pikirnya.

Dua tahun, Supertramp berjalan dengan boot kulit dan ranselnya. Bersenang-senang tanpa tujuan. Hingga akhirnya datang sebuah petualangan besar. An Odyssey to North, the climactic battle to kill the false being within…

Selama setahun, Supertramp memimpikan petualangan nya ke Alaska. Ia ingin pergi ke Alaska. Ia ingin berada di alam putih utara. Di belantara Alaska. Just be there! Just on his own ! No fucking watch, no map, no ax, no nothing. Nothing. Just be out there in it. In big mountains, rivers, sky, game.. getting out of sick society.

Ketika Supertramp mempersiapkan petualangan terbesarnya, Ia beberapa kali menjumpai orang-orang, berbagi cerita tentang perjalanan nya. Orang-orang ini banyak membantu Supertramp. Mereka seperti….heran?takjub?kagum?terinspirasi? (apapun itu namanya) Mereka menyayangi dan merindukan Supertramp.

Sebelum musim semi, Supertramp sampai di Fairbanks, Alaska. Ia membawa 10 pound beras, senapan, beberapa buku dan peralatan kemping untuk memulai kehidupannya di alam liar.            Inilah puncak petualangan nya.. The climactic battle to kill the false being within..

Not to be strong, but to feel strong
To measure your self
To find your self
At least once in the most ancient of human conditions, facing the blind, deaf stone alone with nothing to help you but your hands and your own head.

Di penghujung musim semi, suatu ketika Supertramp membaca karya Tolstoy yg berjudul Family Happiness. Ide-ide tentang kebahagian itu mendatangi Supertramp.                    
People, Family, Rest, Nature, Books, Music, Love, Mate, and Children…What more can a heart of man desire?...

Supertramp memutuskan untuk meninggalkan Alaska. Mungkin kembali menjadi Chris . Chris yang selalu berkata “Thank you, I just don’t want anything” kepada ayahnya.,Chris yang beremansipasi dari kontrol orang tua, Chris yang membenci matrealisme berlebihan, atau…. Chris yang menyadari bahwa kebahagian itu hanya nyata ketika dibagi?

Tidak tau...
Saya hanya berharap Supertramp tidak nyata. 
Karena saya mengagumi kesederhanaannya,
Idealisme yang menyadarkan saya tentang begitu banyak kenyamanan-kenyamanan yang salah
Terima kasih, Supertramp...
Saya berharap kamu hanya Chris.
sayang... kenyataan bukan untuk idealis.