Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani meninggalkan kehidupan nya
demi sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari kehidupan nya itu sendiri..
"Idealism." they said.
The term idealism (according to my self) refers to a ways of living,
thinking and doing.
I believe every people has
their own way and its different with each other. Well, you know, the
differences were formed by society, culture, religion, govt, and family. In
other words, saya mau bilang bahwa pihak pihak yang punya otoritas itulah yang
menciptakan idealisme dalam kehidupan kita.
Banyak orang mengikuti arus ideal tersebut.Sedikit orang membuat arus
idealnya sendiri.
Saya yang terhitung dalam kategori "banyak" ini menganggap sedikit
orang tersebut adalah orang orang yang istimewa.
..............................
Tunggu dulu, dont get me wrong. Saya tidak ingin membahas tentang sebuah
idealisme atau betapa idealisnya seseorang. Terlalu sensitif. Saya adalah
makhluk realistis.
Who we are is not static, We are a constant evolution.
Jadi,
Ini hanya
sedikit cerita kekaguman
dari saya yang tidak pandai
bercerita.
Lalu?
Begini. Beberapa
kali saya jatuh cinta pada karakter-karakter fiksi dalam sebuah film. Jack
Skellington adalah alasan saya untuk berdandan seperti Sally pada Halloween
tahun lalu. Ichabod Crane, Flynn Rider, Joel Barish, Lizbeth Salander.I wish
they were real...
Kecuali,
Alexander Supertramp. Saya berharap dia hanya sebuah tokoh fiksi dalam film
Into the Wild. Saya berharap dia hanya sekedar imajinasi Sean Penn, sang
sutradara atau Jon Krakauer, sang penulis. Saya berharap dia tidak nyata. Kar
ena realitas bukanlah tempat
untuk seorang Supertramp. Seorang petualang
- a super foot traveler
dengan segala keanarkian nya, memberikan saya pelajaran tentang sebuah
kesederhanaan.
Dan..
Saya harus sadar bahwa dia tidak dilahirkan dari sebuah imajinasi atau
diciptakan menjadi tokoh fiksi. Dia nyata. Dia ada. Dia pernah hidup. Orang tua
nya memberi nama Christoper Johnson McCandless saat ia lahir. Chris adalah anak
yang beruntung , dibesarkan di lingkungan keluarga yang dihormati secara
prestasi dan materi. Kedua orang tua nya sukses berkontribusi dalam industri
dirgantara Amerika. Kemauan Chris yang keras sudah terlihat sejak kecil. Dia
sungguh cemerlang.
Hubungan kedua orang tua nya yang tidak lagi harmonis memaksa Chris dan
adiknya melihat hal hal yang begitu menyakitkan. Setiap hari, rasa sakit itu
membusuk jadi pahit. Kepahitan sekaligus Kehormatan menjadi bagian keluarganya.
Hal-hal itu- matrealism of society
, menjadi sangat memuakan bagi Chris. Betapa ingin, ia
menertawakan dan menghina karakter karakter kapitalis masyrakat.
Selama 4 tahun, Chris dipenjara oleh hal hal akademik demi menuruti kemauan
orang tua nya. Ketika ia lulus menjadi sarjana, Ayah
`nya memberikan sebuah
Cadilac sebagai ganti mobil
tua yang selama ini ia kendarai. Chris tidak membutuhkan hadiah kelulusan dari
ayahnya. Chris menolaknya mentah-mentah. Memang
, hubungan Chris dan ayahnya tidak
pernah matang dan sedap untuk dinikmati.
Hal-hal yang Chris nikmati hanyalah buku-buku yang banyak menginspirasinya.
Karya-karya Leo Tolstoy, Jack London, H.D Thoreau dijadikan sebagai parafrase
yang membantu nya hidup dan memahami banyak hal.
Haduh..
Saya bosan sekali menceritakan kehidupan Chris sebelum ia lahir menjadi
Alexander Supertramp
.Saya
juga bosan menyebut nya dengan nama Chris. Saya lebih suka menyebutnya
Supertramp. Alexander Supertramp. An Extremist. An Aesthetic Voyager. Begitulah
ia men
amai alter ego nya.
Tahun 1990, Supertramp memutuskan untuk tidak lagi meracuni dirinya dengan
peradaban masyrakat. Terlalu lama dia
menjadi Chris, menderita penyakit-penyakit moral dan berobat pada
formalitas-formalitas
nilai.
Dia
sungguh ingin
melepas ikatan
-ikatan
apapun yang melabel dirinya. Ia
meninggalkan keluarganya, Ayah Ibu yang selalu berpura-pura- seperti bermain
peran menjadi orang tua. Ia meninggalkan adiknya, satu satunya teman bicara. Ia
menggunting kartu kredit dan tanda pengenalnya. Ia mendonasikan seluruh
uang tabungan akademis
kepada
lembaga amal, meninggalkan mobil tua
kesayangan, dan membakar dollar-dollar terakhir yang ia miliki.
Money makes people cautious
,
pikirnya.
Dua tahun, Supertramp
berjalan dengan boot kulit dan ranselnya. Bersenang-senang tanpa tujuan. Hingga
akhirnya datang sebuah petualangan besar. An
Odyssey to North, the climactic battle to kill the false being within…
Selama setahun, Supertramp
memimpikan petualangan nya ke Alaska. Ia ingin pergi ke Alaska. Ia ingin berada
di alam putih utara. Di belantara Alaska. Just be there! Just on his own ! No
fucking watch, no map, no ax, no nothing. Nothing. Just be out there in it. In
big mountains, rivers, sky, game.. getting out of sick society.
Ketika Supertramp
mempersiapkan petualangan terbesarnya, Ia beberapa kali menjumpai orang-orang,
berbagi cerita tentang perjalanan nya. Orang-orang ini banyak membantu Supertramp.
Mereka seperti….heran?takjub?kagum?terinspirasi? (apapun itu namanya) Mereka
menyayangi dan merindukan Supertramp.
Sebelum musim semi,
Supertramp sampai di Fairbanks, Alaska. Ia membawa 10 pound beras, senapan,
beberapa buku dan peralatan kemping untuk memulai kehidupannya di alam liar. Inilah puncak petualangan nya.. The climactic
battle to kill the false being within..
Not to be strong, but to
feel strong
To measure your self
To find your self
At least once in the most
ancient of human conditions, facing the blind, deaf stone alone with nothing to
help you but your hands and your own head.
Di penghujung musim semi,
suatu ketika Supertramp membaca karya Tolstoy yg berjudul Family Happiness.
Ide-ide tentang kebahagian itu mendatangi Supertramp.
People, Family, Rest,
Nature, Books, Music, Love, Mate, and Children…What more can a heart of man
desire?...
Supertramp memutuskan untuk meninggalkan Alaska. Mungkin kembali
menjadi Chris . Chris yang selalu berkata “Thank you, I just don’t want
anything” kepada ayahnya.,Chris yang beremansipasi dari kontrol orang tua, Chris yang membenci matrealisme berlebihan, atau…. Chris yang
menyadari bahwa kebahagian itu hanya nyata ketika dibagi?
Tidak tau...
Saya hanya berharap Supertramp tidak nyata.
Karena saya mengagumi kesederhanaannya,
Idealisme yang menyadarkan saya tentang begitu banyak kenyamanan-kenyamanan yang salah
Terima kasih, Supertramp...
Saya berharap kamu hanya Chris.
sayang... kenyataan bukan untuk idealis.