Tuesday, July 9, 2013

Bersenang-senang bersama 'Django Metropolutan'


karol's borneo 4


Django. Sebuah kata urban di South Indian, used for greeting or drawing attention , diusung oleh Karoll's Trip to Zinna sebagai sebuah nama yang sukses menarik perhatian muda-mudi Metropolutan pada Rabu 3 Juli 2013 di Borneo Beerhouse, Jakarta Selatan.
Karoll's Trip to Zinna digagas dari gabungan ide-ide sukaria para musisi lokal, Steve Yakobus (Karon N Roll), Japra (Indische Party), Aswin Bejo (That's Rockefeller) di penghujung tahun 2012.
Berawal dari obrolan pinggir jalan, makan malam hingga hingar bingar acara musik, mereka menciptakan sebuah kompilasi yang berisikan 8 buah lagu dari 4 band, dilengkapi kehadiran Stairway to Zinna yang akhirnya bergabung bersama Karoll's Trip to Zinna.

Hujan yang terus mengguyur  Rabu Malam Metropolutan itu, tidak mengurangi antusias para penonton yang sudah tidak sabar menunggu acara di mulai.
Akhirnya acara kedua Karoll's Trip to Zinna ini dibuka dengan teriakan "Djangooo!!!" dari MC Ucup disambut dengan tepuk tangan meriah pengunjung Borneo Beerhouse. Panggung pun segera diramaikan oleh kehadiran BorocknRoll, yang malam itu tampil kompak berseragam biru hitam dengan rambut tersisir rapih dan mengkilap kebelakang.

BorocknRoll membangkitkan suasana golden age 50's dengan empat lagu bernuansa country dan blues yang mereka bawakan, salah satunya adalah Shaking All Over.
Keriaan berikutnya datang dari the 60's digger, Karon N Roll yang menyulap atmosfir Borneo menjadi langit-langit psychedelic dengan lagu-lagu mereka yang bejudul Ha Ha Blues, Bukan Sementara, Boleh-Boleh, Honda Cbku, dan Arisan. Para penggali musik tahun 6oan ini menyegarkan penonton dengan lagu-lagu mix genre mereka.

Ten minutes to midnight, Stairway to Zinna naik ke atas panggung dan memberikan jalan untuk berbahagia bersama musik mereka. Lantunan nada nada yang spontan, natural dan penuh petualangan menari bersama Bayu sang vokalis lewat lagu-lagu yang berjudul Tuhan Ampuni Dosa-Dosanya Dia Pikir Dia John Lennon, Lompat Galaksi, Sarah Dumblang-Dumblang, Laut Itu Whisky, Bang Ding Dong dan Rekreasi Penis. Kebahagian bersama Stairway to Zinna semakin lengkap ketika telinga penonton dibuat gila oleh suara harmonika yang dimainkan Haryo Ramayana.

Past midnight, Django Metropolutan masih menyuguhkan nuansa musik tahun 60an dari Indische Party. Japra dan kawan-kawan yang baru saja mengadakan pesta peluncuran album pertama mereka Jumat 7 Juni 2013 lalu di Beam Cafe, Tebet, masih semangat berpesta di malam metropolutan. Indische party mengeksplor seisi Borneo dengan top tracks mereka yang berjudul Hey Girl, Waiting for you, No more , Feel Alright . Sisi classic soul and rhythm 60an mengudara dari suara seksi harmonika yang dimainkan oleh Japs si vokalis flamboyan dan gebukan jazzy Tika pada drum, juga petikan groovy Kubil pada gitar dan Jacob pada bazz .

Di penghujung acara, Django punya That's Rockefeller yang malam itu tetap tampil memukau walaupun tanpa vokalis. Hentakan kegilaan musik That's Rockefeller mengiringi penonton bernyanyi dan menari sesuka hati di Django Metropolutan.
Tidak kurang, tidak lebih. Semua bersenang-senang.




Monday, July 8, 2013

Sebuah hikmat

Konon seorang Raja yang termahsyur akan kebijaksanaan nya berkata:

"Hati si pemalas penuh keinginan tetapi sia-sia,
 Sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan"


Sunday, July 7, 2013

If Things Were Made For You...

Tuhan memang tidak memberikan saya dua tangan yang pintar merawat dan menjaga benda. Benda mati, benda hidup. Sama saja. Benda yang susah payah saya dapatkan karna keinginan atau kebutuhan. Sama saja.

Nasib mereka kalau hidup sama saya ya cuma dua; rusak atau hilang. Opsi lain nya, berakhir di gudang.

Mungkin yang saya butuhin cuma satu : Kantong Ajaib Doraemon.
Saya mau mesin yang bisa mengembalikan benda benda kesayangan saya yang rusak dan hilang ! Yes, problem solved !
Oke, itu ngaco.

Tapi percayalah, tingkat ke-apik-an saya terhadap sesuatu itu memang poor dan caur.
Penyataan tersebut saya simpulkan dari seluruh keluhan, komentar, ledekan dari ayah ibu kakak adik, dan teman teman.

Maaf, saya tidak memberikan contoh spesifik mengenai benda benda yg telah rusak atau hilang itu. Jangan. Ada beberapa benda yang kalau disebut atau di ingat saja rasa nya kayak ditetesin abotil pas lagi sariawan.

Sampai suatu saat, saya terjebak pada sebuah obrolan pahit dengan kopi manis bersama seorang teman. Saat itu saya sedang tidak mengharapkan apa-apa,hanya obladi dan oblada life goes on bra la la la...

Tapi kesialan datang. Eh bukan, itu keberuntungan! Yasudah, sama saja. Waktu itu habis hujan, telinga yang sering saya gunakan untuk mendengar lagu lagu melankoli ini menangkap, menyimpan dalam ingatan, meresapi pakai hati tiga buah kata dari berpuluh-puluh yang teman saya ucapkan. Dia bilang:
".......made for you"
Berhari-hari saya kepikiran sama tiga kata sialan itu. Made-for-you. It was made for you. He was made for you. She was made for you. They was made for you....apa sih maksudnya?!

Lalu-lalu dan lagi-lagi, setelah obrolan sialan itu, saya tidak sengaja meninggalkan (sembarangan) (untuk kesekian kali nya) benda yg sebenarnya tidak saya butuhkan, tapi karna ter-adiksi dengan fungsi nya, benda itu menjadi sangat saya butuhkan. Sebuah headset.

Nggak tahu/ngerti/ingat/sadar sudah berapa lama saya ketergantungan sama alat untuk mendengarkan musik itu. Mungkin semenjak saya memiliki walkman waktu SD.
Nah, itu berarti sudah cukup banyak headsets dalam hidup saya. hahahaha

Ketika saya sadar bahwa headset itu ketinggalan, saya panik mencari tapi syukurlah, ternyata benda yg sangat saya butuhkan itu disimpan oleh teman saya. Besoknya, saya sempatkan ketemu teman saya hanya untuk ngambil headset saja.

Sebelum saya lanjut bercerita tentang benda yang sangat saya butuhkan ini, saya ingin mendeskripsikan sedikit tentang benda tersebut. Headset ini adalah benda dengan nasib paling mujur dibanding dengan benda benda lain yang pernah saya miliki. Ini adalah tahun ke-dua saya datang-pergi kemana-mana bersama benda ini. Yasudah pokoknya saya sudah teradiksi akut dengan benda ini dan perlu serangkaian rehabilitasi jika harus melepasnya.

Secara fisik, keadaan benda ini memang tidak baik baik saja. Kedua tangan saya yang mungkin merupakan reinkarnasi Dewa Syiwa (Sang Perusak) memang tidak memperlakukan nya dengan baik. Sehingga seiring waktu berjalan, beberapa bagian dari benda ini seperti berteriak "Saya harus diganti dengan yang baru!!!"

Kembali pada hari dimana saya menyempatkan untuk mengambil headset yang ketinggalan di teman saya. Saat itu hujan baru mau datang. Teman saya memberikan headset itu tanpa satu bagian yang memang sering lepas tapi tidak pernah hilang dan selalu kembali lagi pada tempatnya. Lalu saya minta teman saya untuk mencari ditempat teman saya menyimpan headset itu. Saya senang waktu dia bilang "Oh ini dia!". Sambil nyengir, spontan saya bilang sama dia:
"It was made for me......."