Sunday, July 7, 2013

If Things Were Made For You...

Tuhan memang tidak memberikan saya dua tangan yang pintar merawat dan menjaga benda. Benda mati, benda hidup. Sama saja. Benda yang susah payah saya dapatkan karna keinginan atau kebutuhan. Sama saja.

Nasib mereka kalau hidup sama saya ya cuma dua; rusak atau hilang. Opsi lain nya, berakhir di gudang.

Mungkin yang saya butuhin cuma satu : Kantong Ajaib Doraemon.
Saya mau mesin yang bisa mengembalikan benda benda kesayangan saya yang rusak dan hilang ! Yes, problem solved !
Oke, itu ngaco.

Tapi percayalah, tingkat ke-apik-an saya terhadap sesuatu itu memang poor dan caur.
Penyataan tersebut saya simpulkan dari seluruh keluhan, komentar, ledekan dari ayah ibu kakak adik, dan teman teman.

Maaf, saya tidak memberikan contoh spesifik mengenai benda benda yg telah rusak atau hilang itu. Jangan. Ada beberapa benda yang kalau disebut atau di ingat saja rasa nya kayak ditetesin abotil pas lagi sariawan.

Sampai suatu saat, saya terjebak pada sebuah obrolan pahit dengan kopi manis bersama seorang teman. Saat itu saya sedang tidak mengharapkan apa-apa,hanya obladi dan oblada life goes on bra la la la...

Tapi kesialan datang. Eh bukan, itu keberuntungan! Yasudah, sama saja. Waktu itu habis hujan, telinga yang sering saya gunakan untuk mendengar lagu lagu melankoli ini menangkap, menyimpan dalam ingatan, meresapi pakai hati tiga buah kata dari berpuluh-puluh yang teman saya ucapkan. Dia bilang:
".......made for you"
Berhari-hari saya kepikiran sama tiga kata sialan itu. Made-for-you. It was made for you. He was made for you. She was made for you. They was made for you....apa sih maksudnya?!

Lalu-lalu dan lagi-lagi, setelah obrolan sialan itu, saya tidak sengaja meninggalkan (sembarangan) (untuk kesekian kali nya) benda yg sebenarnya tidak saya butuhkan, tapi karna ter-adiksi dengan fungsi nya, benda itu menjadi sangat saya butuhkan. Sebuah headset.

Nggak tahu/ngerti/ingat/sadar sudah berapa lama saya ketergantungan sama alat untuk mendengarkan musik itu. Mungkin semenjak saya memiliki walkman waktu SD.
Nah, itu berarti sudah cukup banyak headsets dalam hidup saya. hahahaha

Ketika saya sadar bahwa headset itu ketinggalan, saya panik mencari tapi syukurlah, ternyata benda yg sangat saya butuhkan itu disimpan oleh teman saya. Besoknya, saya sempatkan ketemu teman saya hanya untuk ngambil headset saja.

Sebelum saya lanjut bercerita tentang benda yang sangat saya butuhkan ini, saya ingin mendeskripsikan sedikit tentang benda tersebut. Headset ini adalah benda dengan nasib paling mujur dibanding dengan benda benda lain yang pernah saya miliki. Ini adalah tahun ke-dua saya datang-pergi kemana-mana bersama benda ini. Yasudah pokoknya saya sudah teradiksi akut dengan benda ini dan perlu serangkaian rehabilitasi jika harus melepasnya.

Secara fisik, keadaan benda ini memang tidak baik baik saja. Kedua tangan saya yang mungkin merupakan reinkarnasi Dewa Syiwa (Sang Perusak) memang tidak memperlakukan nya dengan baik. Sehingga seiring waktu berjalan, beberapa bagian dari benda ini seperti berteriak "Saya harus diganti dengan yang baru!!!"

Kembali pada hari dimana saya menyempatkan untuk mengambil headset yang ketinggalan di teman saya. Saat itu hujan baru mau datang. Teman saya memberikan headset itu tanpa satu bagian yang memang sering lepas tapi tidak pernah hilang dan selalu kembali lagi pada tempatnya. Lalu saya minta teman saya untuk mencari ditempat teman saya menyimpan headset itu. Saya senang waktu dia bilang "Oh ini dia!". Sambil nyengir, spontan saya bilang sama dia:
"It was made for me......."




No comments:

Post a Comment