Monday, July 8, 2013

Sebuah hikmat

Konon seorang Raja yang termahsyur akan kebijaksanaan nya berkata:

"Hati si pemalas penuh keinginan tetapi sia-sia,
 Sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan"


Sunday, July 7, 2013

If Things Were Made For You...

Tuhan memang tidak memberikan saya dua tangan yang pintar merawat dan menjaga benda. Benda mati, benda hidup. Sama saja. Benda yang susah payah saya dapatkan karna keinginan atau kebutuhan. Sama saja.

Nasib mereka kalau hidup sama saya ya cuma dua; rusak atau hilang. Opsi lain nya, berakhir di gudang.

Mungkin yang saya butuhin cuma satu : Kantong Ajaib Doraemon.
Saya mau mesin yang bisa mengembalikan benda benda kesayangan saya yang rusak dan hilang ! Yes, problem solved !
Oke, itu ngaco.

Tapi percayalah, tingkat ke-apik-an saya terhadap sesuatu itu memang poor dan caur.
Penyataan tersebut saya simpulkan dari seluruh keluhan, komentar, ledekan dari ayah ibu kakak adik, dan teman teman.

Maaf, saya tidak memberikan contoh spesifik mengenai benda benda yg telah rusak atau hilang itu. Jangan. Ada beberapa benda yang kalau disebut atau di ingat saja rasa nya kayak ditetesin abotil pas lagi sariawan.

Sampai suatu saat, saya terjebak pada sebuah obrolan pahit dengan kopi manis bersama seorang teman. Saat itu saya sedang tidak mengharapkan apa-apa,hanya obladi dan oblada life goes on bra la la la...

Tapi kesialan datang. Eh bukan, itu keberuntungan! Yasudah, sama saja. Waktu itu habis hujan, telinga yang sering saya gunakan untuk mendengar lagu lagu melankoli ini menangkap, menyimpan dalam ingatan, meresapi pakai hati tiga buah kata dari berpuluh-puluh yang teman saya ucapkan. Dia bilang:
".......made for you"
Berhari-hari saya kepikiran sama tiga kata sialan itu. Made-for-you. It was made for you. He was made for you. She was made for you. They was made for you....apa sih maksudnya?!

Lalu-lalu dan lagi-lagi, setelah obrolan sialan itu, saya tidak sengaja meninggalkan (sembarangan) (untuk kesekian kali nya) benda yg sebenarnya tidak saya butuhkan, tapi karna ter-adiksi dengan fungsi nya, benda itu menjadi sangat saya butuhkan. Sebuah headset.

Nggak tahu/ngerti/ingat/sadar sudah berapa lama saya ketergantungan sama alat untuk mendengarkan musik itu. Mungkin semenjak saya memiliki walkman waktu SD.
Nah, itu berarti sudah cukup banyak headsets dalam hidup saya. hahahaha

Ketika saya sadar bahwa headset itu ketinggalan, saya panik mencari tapi syukurlah, ternyata benda yg sangat saya butuhkan itu disimpan oleh teman saya. Besoknya, saya sempatkan ketemu teman saya hanya untuk ngambil headset saja.

Sebelum saya lanjut bercerita tentang benda yang sangat saya butuhkan ini, saya ingin mendeskripsikan sedikit tentang benda tersebut. Headset ini adalah benda dengan nasib paling mujur dibanding dengan benda benda lain yang pernah saya miliki. Ini adalah tahun ke-dua saya datang-pergi kemana-mana bersama benda ini. Yasudah pokoknya saya sudah teradiksi akut dengan benda ini dan perlu serangkaian rehabilitasi jika harus melepasnya.

Secara fisik, keadaan benda ini memang tidak baik baik saja. Kedua tangan saya yang mungkin merupakan reinkarnasi Dewa Syiwa (Sang Perusak) memang tidak memperlakukan nya dengan baik. Sehingga seiring waktu berjalan, beberapa bagian dari benda ini seperti berteriak "Saya harus diganti dengan yang baru!!!"

Kembali pada hari dimana saya menyempatkan untuk mengambil headset yang ketinggalan di teman saya. Saat itu hujan baru mau datang. Teman saya memberikan headset itu tanpa satu bagian yang memang sering lepas tapi tidak pernah hilang dan selalu kembali lagi pada tempatnya. Lalu saya minta teman saya untuk mencari ditempat teman saya menyimpan headset itu. Saya senang waktu dia bilang "Oh ini dia!". Sambil nyengir, spontan saya bilang sama dia:
"It was made for me......."




Saturday, June 29, 2013

Saya Ingin Menjadi Sederhana.

If you love a flower, dont pick it up.
Because if you pick it up it dies and ceases to be what you love.
So, if you love a flower, let it be.
Love is not about possession.
Love is about appreciation.


-Osho, Spiritual teacher from India.


Sekarang jam 0:46 memasuki hari minggu, cuaca malam dingin khas Bogor.
Menyadari sesuatu yang bikin hati ngilu, trus keinget sebuah kutipan sederhana tentang bunga.
Sebuah kutipan yang sangat sederhana... Kenapa? karna sangat sulit untuk dilakukan.


Literally, bullshit.


Friday, June 14, 2013

......................................

Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani meninggalkan kehidupan nya demi sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari kehidupan nya itu sendiri..



"Idealism." they said.

The term idealism (according to my self) refers to a ways of living, thinking and doing.          
I believe every people has their own way and its different with each other. Well, you know, the differences were formed by society, culture, religion, govt, and family. In other words, saya mau bilang bahwa pihak pihak yang punya otoritas itulah yang menciptakan idealisme dalam kehidupan kita.
Banyak orang mengikuti arus ideal tersebut.Sedikit orang membuat arus idealnya sendiri.
Saya yang terhitung dalam kategori "banyak" ini menganggap sedikit orang tersebut adalah orang orang yang istimewa.  
..............................

Tunggu dulu, dont get me wrong. Saya tidak ingin membahas tentang sebuah idealisme atau betapa idealisnya seseorang. Terlalu sensitif. Saya adalah makhluk realistis.
Who we are is not static, We are a constant evolution.

Jadi,

Ini hanya sedikit cerita kekaguman dari saya yang tidak pandai bercerita.


Lalu?

Begini. Beberapa kali saya jatuh cinta pada karakter-karakter fiksi dalam sebuah film. Jack Skellington adalah alasan saya untuk berdandan seperti Sally pada Halloween tahun lalu. Ichabod Crane, Flynn Rider, Joel Barish, Lizbeth Salander.I wish they were real...


Kecuali,

Alexander Supertramp. Saya berharap dia hanya sebuah tokoh fiksi dalam film Into the Wild. Saya berharap dia hanya sekedar imajinasi Sean Penn, sang sutradara atau Jon Krakauer, sang penulis. Saya berharap dia tidak nyata. Karena realitas bukanlah tempat untuk seorang Supertramp. Seorang petualang- a super foot traveler dengan segala keanarkian nya, memberikan saya pelajaran tentang sebuah kesederhanaan.


Dan..

Saya harus sadar bahwa dia tidak dilahirkan dari sebuah imajinasi atau diciptakan menjadi tokoh fiksi. Dia nyata. Dia ada. Dia pernah hidup. Orang tua nya memberi nama Christoper Johnson McCandless saat ia lahir. Chris adalah anak yang beruntung , dibesarkan di lingkungan keluarga yang dihormati secara prestasi dan materi. Kedua orang tua nya sukses berkontribusi dalam industri dirgantara Amerika. Kemauan Chris yang keras sudah terlihat sejak kecil. Dia sungguh cemerlang.

Hubungan kedua orang tua nya yang tidak lagi harmonis memaksa Chris dan adiknya melihat hal hal yang begitu menyakitkan. Setiap hari, rasa sakit itu membusuk jadi pahit. Kepahitan sekaligus Kehormatan menjadi bagian keluarganya. Hal-hal itu- matrealism of society, menjadi sangat memuakan bagi Chris. Betapa ingin, ia menertawakan dan menghina karakter karakter kapitalis masyrakat.

Selama 4 tahun, Chris dipenjara oleh hal hal akademik demi menuruti kemauan orang tua nya. Ketika ia lulus menjadi sarjana, Ayah `nya memberikan sebuah Cadilac sebagai ganti mobil tua yang selama ini ia kendarai. Chris tidak membutuhkan hadiah kelulusan dari ayahnya. Chris menolaknya mentah-mentah. Memang, hubungan Chris dan ayahnya tidak pernah matang dan sedap untuk dinikmati.

Hal-hal yang Chris nikmati hanyalah buku-buku yang banyak menginspirasinya. Karya-karya Leo Tolstoy, Jack London, H.D Thoreau dijadikan sebagai parafrase yang membantu nya hidup dan memahami banyak hal. 

Haduh..

Saya bosan sekali menceritakan kehidupan Chris sebelum ia lahir menjadi Alexander Supertramp.Saya juga bosan menyebut nya dengan nama Chris. Saya lebih suka menyebutnya Supertramp. Alexander Supertramp. An Extremist. An Aesthetic Voyager. Begitulah ia menamai alter ego nya.

Tahun 1990, Supertramp memutuskan untuk tidak lagi meracuni dirinya dengan peradaban masyrakat. Terlalu lama dia menjadi Chris, menderita penyakit-penyakit moral dan berobat pada formalitas-formalitas nilai. Dia sungguh ingin melepas ikatan-ikatan apapun yang melabel dirinya. Ia meninggalkan keluarganya, Ayah Ibu yang selalu berpura-pura- seperti bermain peran menjadi orang tua. Ia meninggalkan adiknya, satu satunya teman bicara. Ia menggunting kartu kredit dan tanda pengenalnya. Ia mendonasikan seluruh uang tabungan akademis kepada lembaga amal, meninggalkan mobil tua kesayangan, dan membakar dollar-dollar terakhir yang ia miliki. Money makes people cautious, pikirnya.

Dua tahun, Supertramp berjalan dengan boot kulit dan ranselnya. Bersenang-senang tanpa tujuan. Hingga akhirnya datang sebuah petualangan besar. An Odyssey to North, the climactic battle to kill the false being within…

Selama setahun, Supertramp memimpikan petualangan nya ke Alaska. Ia ingin pergi ke Alaska. Ia ingin berada di alam putih utara. Di belantara Alaska. Just be there! Just on his own ! No fucking watch, no map, no ax, no nothing. Nothing. Just be out there in it. In big mountains, rivers, sky, game.. getting out of sick society.

Ketika Supertramp mempersiapkan petualangan terbesarnya, Ia beberapa kali menjumpai orang-orang, berbagi cerita tentang perjalanan nya. Orang-orang ini banyak membantu Supertramp. Mereka seperti….heran?takjub?kagum?terinspirasi? (apapun itu namanya) Mereka menyayangi dan merindukan Supertramp.

Sebelum musim semi, Supertramp sampai di Fairbanks, Alaska. Ia membawa 10 pound beras, senapan, beberapa buku dan peralatan kemping untuk memulai kehidupannya di alam liar.            Inilah puncak petualangan nya.. The climactic battle to kill the false being within..

Not to be strong, but to feel strong
To measure your self
To find your self
At least once in the most ancient of human conditions, facing the blind, deaf stone alone with nothing to help you but your hands and your own head.

Di penghujung musim semi, suatu ketika Supertramp membaca karya Tolstoy yg berjudul Family Happiness. Ide-ide tentang kebahagian itu mendatangi Supertramp.                    
People, Family, Rest, Nature, Books, Music, Love, Mate, and Children…What more can a heart of man desire?...

Supertramp memutuskan untuk meninggalkan Alaska. Mungkin kembali menjadi Chris . Chris yang selalu berkata “Thank you, I just don’t want anything” kepada ayahnya.,Chris yang beremansipasi dari kontrol orang tua, Chris yang membenci matrealisme berlebihan, atau…. Chris yang menyadari bahwa kebahagian itu hanya nyata ketika dibagi?

Tidak tau...
Saya hanya berharap Supertramp tidak nyata. 
Karena saya mengagumi kesederhanaannya,
Idealisme yang menyadarkan saya tentang begitu banyak kenyamanan-kenyamanan yang salah
Terima kasih, Supertramp...
Saya berharap kamu hanya Chris.
sayang... kenyataan bukan untuk idealis.






Thursday, May 23, 2013

Annie The Nanny



Hello!

Long time no post anything to my own blog..so here i am trying to write something..he..he..awkward....
hmm..okay...saya baru aja selesai nonton film berjudul "The Nanny Diaries" (2007) starring by Scarlett Johansson...Filmnya sih lumayan...lumayan standar lah :p kalo dr IMDB sih film ini dikasih rating 6/10 .but now.. im not going to tell you the whole story of the movie, I just wanna share a little story about being employed as a Nanny.
So.. our main character is Annie Braddock, a fresh graduate jurusan Antropologi yg bingung mau kemana dan ngapain setelah dia lulus kuliah. then she just do what normal people do after graduation which is looking for job vacancy. Unfortunately, she only struggle until her first job interview. Oops, she has done something silly. It is when the interviewer ask her "who is Annie Braddock?" then she was blank that she couldnt answer the question. She feel like she didnt know about herself at all.. thats a pity annie!..
From the day that she left the interview room improperly, she has no idea of what she has to do..Pada titik kebingungan itulah datang seorang anak laki laki kira kira berumur 5 tahun, berlari ke arah Annie, hampir jatuh tapi dengan sigap Annie was saving him. Dari kejauhan, seorang ibu muda berpenampilan ala sosialita ibu kota berlari lari kecil menghampiri Annie. Berbasa basi mengucapkan terimakasih sambil bertanya siapa nama Annie.. lucunya..ibu muda ini salah mendengar nama Annie yg emang nyerempet sama kata Nanny.  Tanpa sengaja, si ibu muda yg disebut Mrs.X dlm film ini mengira Annie adalah seorang Nanny. Tanpa ragu ragu pula , Mrs X langsung nawarin pekerjaan itu untuk Annie. 
Menurut wikipedia, Nanny itu adalah an individual person who provides care for one or more children in a family as a service. Kalo jaman dulu, Nanny ini agak kurang terlatih..tapi jaman sekarang ini sudah ada yg namanya proffesional nanny.. mereka bersertifikat dalam penanganan situasi emergency seperti cardiopulmonary resuscitation ( It is indicated in those who are unresponsive with no breathing or abnormal breathing), qualified in First Aid, and even more have a degree or extensive training in child development. wuihhh hebat yaaa.. facts lain tentang nanny adalah historically,In Dutch East Indies a.k.a Indonesia jaman koloni Belanda , the household nanny was known as baboe.
 
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Babu ini memiliki arti perempuan yang bekerja sebagai pembantu (pelayan) di rumah tangga orang. Kata-kata yang terkait dengan babu adalah babu cuci, babu dalam, babu masak dan babu tetek. Semua pekerjaan babu tentu dilakukan oleh perempuan. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, bahkan menyusui sekalipun dikerjakan oleh babu. Pekerjaan mulia tersebut lazimnya dilakukan oleh para ibu untuk keluarganya.. Pekerjaan yang hanya memberi tak harap kembali seperti kata lagu 'kasih ibu'...Pekerjaan yang dilakukan setulus apapun tapi akan selalu terlihat rendah harganya.. Personally, instead of calling my mother's helper as 'babu' i prefer to called her as 'ibu' if shes older than my mom or "teteh" if shes younger than my mom.. The word 'babu' is sounds rude to me. Its not a nice word, isn't it?

Anyway..As i told before, Annie ini baru aja lulus dr jurusan antropologi jadi buat ukuran Nanny, She is pretty smart. Agak heartbreaking sih pastinya buat orang tua yg udah berusaha mati matian siang malam menafkahi anaknya supaya berpendidikan tinggi..eh ujung ujung nya banting setir jadi Nanny... hahaha..that is what exactly happen to Annie's mother yang juga seorang perawat tapiiiii di rumah sakit..
thennn... Kerja sebagai Nanny ini digambarkan dengan sangat tidak mudah di film ini. In my opinion, kenyataan nya ya memang begitu. sangat tidak mudah. Merawat anak sendiri aja susah nya minta ampun, nah gimana mesti ngerawat anak orang lain? Sama anak sendiri aja kadang susah untuk sabar, nah ini harus sabar sama anak orang lain? Apalagi merawat anak seusia Grayer , yang lagi lucu lucunya ngegemesin tapi pun bandel nya ampun ampunan..pusing ga tuh? harus pinter ngebujuk dan ngambil hati anak nya supaya mau nurut, gaboleh kasar atau emosi sedikit pun, kalo kelepasan dikit aja yaaa repot konsekuensinya..We can say that Nanny itu seperti pahlawan tanpa tanda jasa dalam konteks rumah tangga..Apalagi dalam era ibu ibu modern  yang kebanyakan mengejar karier diluar rumah,undeniably para nanny sangat berjasa dalam membesarkan anak anak mereka. 
Sebagai Nanny, Annie secara tidak sengaja terlibat dalam ironi keluarga Mrs. X , ya walaupun hanya sebagai saksi yang tidak punya hak untuk bersuara ataupun berpendapat benar maupun salah. Annie pernah secara tidak sengaja memergoki Mr X, suami Mrs X sedang berselingkuh dengan rekan kerjanya. Beberapa kali Mrs X pun pernah curcol sama Annie yang sebenarnya cuma bisa diam saja.
Secara harfiah, Mrs X ini adalah manusia yang sangat beruntung. Ya bisa dibilang dia punya semuanya….apartemen mewah, keluarga, karier, penampilan, eksistensi sebagai sosialita.. Mrs X punya semua hal hal yang sebagaimana di impikan oleh wanita wanita jaman sekarang.
Dibalik semua hal yang dimiliki Mrs X, there is one big question in my head, which is also being wondered by Annie,
 I still don’t understand how someone can have everything and still be so miserable”

.... how come?

Sunday, February 3, 2013